Minggu, 13 November 2011

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKUITAS MEREK SEPEDA MOTOR MEREK HONDA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

()

TUGAS PERILAKU KONSUMEN
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKUITAS MEREK SEPEDA
MOTOR MEREK HONDA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN



NAMA : YERINE EMANDA
KELAS : 3EA05
NPM : 12209471



UNIVERSITAS GUNADARMA



 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Kekuatan merek terletakpada kemampuannya untuk mempengaruhi perilaku pembelian. Merek diyakini mempunyai kekuatan yang besar untuk memikat orang untuk membeli produk atau jasa yang diwakilinya. Perkembangan industry sepeda motor di Indonesia dengan bermacam merek yang digunakan oleh perusahaan produsennya juga menjadikan isu merek ini menjadi sangat strategis dikarenakan dapat menjadi sarana bagi perusahaan untuk mengembangkan dan memelihara loyalitas pelanggan. Merek yang kuat akan membangun loyalitas, dan loyalitas akan mendorong bisnis terulang kembali. Merek yang kuat juga akanmenghasilkan harga yang menarik dan menjadi penghalang bagi masuknya pesaing. Melalui Tabel I.1 diketahui bahwa penjualan sepeda motor Honda merek mengalami penurunan dari tahun 2005 hingga tahun 2007. Sedangkan penjualan sepeda motor merek Yamaha mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahunnya.
Dari Tabel I.2 dapat dilihat untuk tahun 2007, total penjualan sepeda motor merek Honda bersaing ketat dengan pesaingnya yaitu merek Yamaha. Secara khusus pada bulan Maret dan Mei 2007, penjualan sepeda motor merek Yamaha melampaui penjualan sepeda motor merek Honda. Data penjualan sepeda motor di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel I.3 dan di Kota Medan pada khususnya yang ditunjukkan pada Tabel I.3 juga menunjukkan bahwa sepeda motor merek Yamaha merupakan yang paling besar peningkatan penjualannya dibandingkan dengan sepeda motor merek Honda dan Suzuki. Demi menjangkau pangsa pasar potensial baru yaitu dari kaum wanita yang didasarkan pada tingginya angka penjualan sepeda motor otomatis merek Yamaha Mio dari Yamaha, PT. Astra Honda Motor kemudian meluncurkan varian sepeda motor Vario, dan Suzuki Indonesia mengeluarkan produk Suzuki Spin-nya untuk menandingi dan meraih pangsa pasar yang sangat potensial tersebut yang sebelumnya belum pernah tersegmentasi dan diperhatikan secara khusus oleh para produsen sepeda motor.

Tabel I.1. Data Penjualan Tiga Besar Produsen Sepeda Motor di Indonesia Tahun 2004 – 2007 (dalam ribuan unit)
Sumber: www.wartaekonomi.com, 2007

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana pengaruh faktor-faktor ekuitas merek sepeda motor Honda terhadap keputusan pembelian?


1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat disusun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
  1. Untuk mengetahui dan menganalisis ekuitas merek mana yang berpengaruh lebih signifikan pada merek sepeda motor Honda terhadap keputusan pembelian, dimana keempat dimensi ekuitas merek tersebut terdiri dari kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek dan bagaimana pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda.









BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Ekuitas Merek

Banyak literature tentang ekuitas merek. Menurut Stanton dalam Rangkuti (2002) “Merek adalah nama, istilah, simbol atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual”. Menurut Retnawati (2003) ”Merek menjadi sangat strategis bagi perusahaan dikarenakan adanya manfaat yang diberikan bagi penjual dan pembeli karena:
1)      Pengelolaan merek yang efektif dimungkinkan dapat mempertahankan kesetiaan konsumen yang ada, nantinya bisa dipakai untuk menghambat serangan pesaing dan membantu memfokuskan program pemasaran
2)      Merek dapat membantu dalam melakukan segmentasi pasar
3)      Citra perusahaan dapat dibangun dengan merek yang kuat dan memberi peluang dalam peluncuran merek-merek baru yang lebih mudah diterima oleh pelanggan dan distributor
4)      memberikan ciri-ciri produk yangunik dan perlindungan hukum (hak paten) yang dapat mempermudah prosedur klaim apabila terdapat cacat produksi pada produk yang dibeli oleh konsumen”
Menurut Simamora (2003),ekuitas merek disebut juga nilai merek, yang menggambarkan keseluruhan kekuatan merek di pasar. Ekuitas merek memberikan suatu keunggulan kompetitif bagi sebuah perusahaan karena orang lebih cenderung membeli produk yang membawa nama merek terkenal dan dihormati.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekuitas Merek
  1. Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Menurut Aaker (1997) Kesadaran Merek adalah kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan perwujudan kategori produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum dari perasaan yang tak pasti bahwa merek tertentu dikenal menjadi keyakinan bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk bersangkutan, kontinum ini dapat diwakili oleh tingkat kesadaran merek yang berbeda.

Jangkauan kontinum ini diwakili oleh 4 tingkatan kesadaran merek, yaitu:
  1. Tidak Menyadari Merek
Merupakan tingkatan merek yang paling rendah dimana konsumen tidak menyadari akan eksistensi suatu merek.

  1.  Pengenalan Merek (Brand Recognition)
Merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek yang merupakan pengenalan merek dengan bantuan, misalnya dengan bantuan daftar merek, daftar gambar, atau cap merek. Merek yang masuk dalam ingatan konsumen disebut brand recognition.

  1. Pengingatan Kembali Merek (Brand Recall)
Mencerminkan merek-merek apa saja yang diingat konsumen setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Dimana merek-merek yang disebutkan kedua, ketiga dan seterusnya merupakan merek yang menempati brand recall dalam benak konsumen.

  1. Puncak Pikiran (Top of Mind)
Yaitu merek produk yang pertama kali disebutkan oleh konsumen secara spontan atau yang pertama kali dalam benak konsumen. Dengan kata lain merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen.

  1. Kesan Kualitas (Perceived Value)

Menurut Aaker (1997) ”Kesan atau persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap
keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan
maksud yang diharapkannya”. Secara umum nilai-nilai atau atribut dari kesan konsumen dapat digambarkan sebagai berikut:


Sumber: Rangkuti (2002)
Gambar I.2. Diagram Nilai dari Kesan Kualitas

Persepsi/kesan kualitas dibagi menjadi 5 bagian:

  1. Alasan membeli
Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan yang penting untuk membeli. Hal ini mempengaruhi merek-merek mana yang harusdipertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi merek apa yang akan dipilih.
  1. Diferensiasi/posisi
Diferensiasi mempunyai didefinisikan sebagai suatu karakteristik penting dari merek, apakah merek tersebut bernilai atau ekonomis juga berkenaan dengan persepsi apakah merek tersebut terbaik atau sekadar kompetitif terhadap merek-mereklain.
  1. Harga optimum
Keuntungan ini memberikan pilihan-pilihan dalam menetapkan harga optimum yang bisa meningkatkan laba atau memberikan sumber daya untuk reinvestasi pada merek tersebut.
  1. Minat Saluran distribusi
Keuntungan ini yaitu meningkatkan minat para distributor dikarenakan dapat menawarkan suatu produk yang memiliki persepsi kualitas tinggi dengan harga yang menarik dan menguasai lalu lintas distribusi tersebut untuk menyalurkan merek-merek yang diminati konsumen.
  1. Perluasan Merek
Kesan kualitas dapat dieksploitasi dengan cara mengenalkan berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk kedalam kategori produk baru.

  1. Asosiasi Merek
Asosiasi merek menciptakan nilai bagi perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu dengan merek lainnya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat menghasilkan suatu bentuk citra tentang merek di mata konsumen. Menurut Aaker (1997) Asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatanmengenai merek.
Ada  lima keuntungan asosiasi merek, yaitu:
1) Membantu proses penyusunan informasi yang dapat meringkaskan sekumpulan fakta yang dapat dengan mudah dikenal konsumen
2) Perbedaan yang mempunyai peran penting dalam menilai keberadaan atau fungsi suatu merek dibandingkan lainnya
 3) Alasan untuk membeli, yang sangat membantu konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli produk atau tidak;
 4) Perasaan positif yang merangsang tumbuhnya perasaan positif terhadap produk; 5) Menjadi
landasan untuk perluasan merek yang dinilai kuat”. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap citra merek (brand image) yang disebut juga dengan kepribadian merek yang kemudian dapat membentuk kesetiaankonsumen terhadap merek tertentu

  1. Loyalitas Merek
Loyalitas merek merupakan inti dari yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat maka kerentaan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat dikurangi. Hal ini merupakan suatu indikator dari yang berkaitan dengan perolehan laba dimasa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan di masa depan.



Sumber: Rangkuti (2002)
Gambar I.3. Piramida Loyalitas

Dari gambar diatas dapat disimpulkan :
1. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli yang tidak tertarik pada merek-merek
apapun yang ditawarkan. Konsumen seperti ini suka berpindah-pindah merek atau disebut tipe konsumen switcher atau price buyer (konsumen yang lebih memperhatikan harga di dalam melakukan pembelian)

2. Tingkat kedua adalah para pembeli yang merasa puas dengan produk yang digunakan, atau minimal tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya tidak terdapat dimensi ketidak puasan
yang dapat menjadikan sumber perubahan,apalagi bila perpindahan ke merek yang lain itu
ada penambahan biaya. Para pembeli tipe ini dapat disebut pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer).

3. Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, tetapi harus memikul biaya peralihan (switching cost), baik dalam waktu, uang atau resiko sehubungan dengan upaya untuk melakukan pergantian ke merek lain. Kelompok ini biasanya disebut dengan konsumen loyal yang merasakan adanya suatu pengorbanan apabila ia melakukan penggantian ke merek lain. Para pembeli tipe ini disebut satisfied buyer.

4. Tingkat keempat adalah konsumen yang benarbenar menyukai suatu merek Pilihan mereka terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman, atau kesan kualitas yang tinggi. Konsumen jenis ini memiliki perasan emosional dalam menyukai merek tersebut. Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia yang merasakan kebanggaan ketika menjadi pengguna suatu merek karena merek tersebut penting bagi mereka baik dari segi fungsi maupunsebagai alat identitas diri.


  1. Teori Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2000) terdapat empat jenis perilaku pembelian konsumen, yaitu:
1) Perilaku pembelian yang rumit: perilaku ini lazim terjadi bila produknya mahal, jarang dibeli,
berisiko, dan sangat mengekspresikan pribadi;
2) Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan/ketidakcocokan: perilaku ini terjadi bila konsumen melihat sedikit perbedaan di antara merek dan tidak ada yang menonjol, didasarkan kenyataan bahwa pembelian itu mahal dan berisiko, pembeli akan memilih sambil mempelajari apa yang tersedia namun akan membeli dengan cepat
3) Perilaku pembelian karena kebiasaan: konsumen tidak membentuk sikap terhadap sebuah merek tetapi memilihnya karena itu sudah biasa dikenalnya, tidak dilakukan pencarian informasi tentang merek
4) Perilaku pembelian yang mencari variasi: kondisi keterlibatan konsumen rendah tetapi ditandai oleh perbedaan merek yang nyata.Perusahaan harus berusaha memastikan kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam proses pembelian.

Untuk dapat menjelaskan hubungan antara tahapan berdasarkan Gambar II.4 di atas dapat dilihat pada perincian yang dikemukakan oleh Setiadi (2003) sebagai berikut:
Setiadi (2003) :
1) Proses pengenalan kebutuhan, yaitu ketika konsumen mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Kebutuhan itu akan digerakkan oleh rangsangan dari dalam maupun dari luar dirinya
 2) Proses pencarian informasi. Tahap ini merupakan tahapan yang merangsang konsumen untuk mencari informasi lebih banyak mengenai suatu produk
3)Evaluasi berbagai alternatif merek. Pada tahapan ini konsumen menggunakan informasi untuk
mengevaluasi merek alternatif dalam menentukan peringkat produk untuk dipilih
4) Pilihan atas merek produk untuk dibeli, dimana terjadi pembelian produk atas merek yang disukai berdasarkan peringkat dari tahapan 3, tetapi faktor situasi dan pendapat orang lain juga menentukan dalam tahapan ini
5) Perilaku pasca pembelian. Kepuasan konsumen harus dipantau dari mulai pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk pasca pembelian.

Pemasaran merupakan permerekan itu sendiri. Suatu permerekan yang tepat akan mempermudah penjualan produk. Permerekan yang tepat akan menarik minat massa untuk datang, melihat dan akhirnya memiliki produk itu. Jika konsumen yang datang telah menyukai strategi merek yang dipromosikan, maka mereka akan melakukan apa saja di dalam batasan tertentu demi merek yang diinginkan, termasuk dalam pembelian terhadap produk atas merek yang diinginkan

2.1.1 Definisi Operasional
Kountur (2007) mengatakan bahwa definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur. Definisi operasional ini memberikan informasi yang diperlukan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Dengan kata lain, definisi operasional adalah definisi yang dibuat oleh peneliti itu sendiri
Suyanto dan Salamah (2009) mengatakan bahwa definisi operasional yaitu konsep atau teori yang dapat diukur (measureable) atau diamati (observable)
Nazir (2009) mengatakan bahwa definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu konstruk dengan menggunakan konstruks yang lain.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa  definisi operasional adalah suatu definisi diberikan oleh peneliti dan sekaligus memberikan penjelasan tentang cara mengukur masing-masing variabel penelitian. Misalnya dalam ukuran berat, ukuran waktu, ukuran kecepatan, ukuran unit, ukuran mata uang, ukuran persentase dan lain sebagainya.

Tabel I.5. Definisi Operasional

Variabel
Definisi operasional
Indikator
Skala pengukuran
1
2
3
4
Kesadaran merek (X1)
Kesanggupan konsumen mengingat merek sepeda motor sebagai kategori produk tertentu, baik melalui tingkat kepopuleran maupun media promosi yang membedakan dengan pesaing.
1. Pengenalan merek 2. Media iklan 3. Kegiatan Promosi
Skala Likert
Kesan kualitas (X2)
Persepsi atau kesan yang didapat konsumen terhadap penilaian kualitas secara keseluruhan terhadap suatu merek sepeda motor
1. Kinerja produk 2. Rancangan produk/desain 3. Nilai fungsional-harga jual 4. Kesempurnaan produk 5. Nilai emosional-kenyamanan
Skala Likert
Asosiasi merek (X3)
Kesan yang muncul di benak konsumen setelah melakukan penilaian terhadap merek sepeda motor pilihan dibandingkan dengan merek sepeda motor lainnya
1. Harga produk 2. Keamanan produk 3. Lokasi penjualan dan purna- jual
Skala Likert
Loyalitas merek (X4)
Keterikatan konsumen terhadap sebuah merek sepeda motor yang mencakup rasa kesetiaan dan kepuasan konsumen terhadap merek sepeda motor pilihan dibandingkan dengan merek sepeda motor lainnya
1. Merek Prioritas 2. Minat pembelian ulang 3. Peralihan ke merek lain
Skala likert
Keputusan Pembelian (Y)
Kegiatan penentuan pemilihan produk/jasa oleh konsumen yang umumnya terdiri dari lima tahapan yaitu:
Pengenalan Masalah: 1. Pemenuhan Kebutuhan 2. Produk komoditas
Skala likert
Pengenalan Masalah, Pencarian Informasi, Evaluasi Alternatif, Keputusan Pembelian, dan Perilaku Pasca Pembelian
Pencarian Informasi: 1. Hambatan informasi 2. Pengamatan produk 3. Penilaian media promosi
Skala likert

Evaluasi Alternatif:
Skala likert


1. Nilai prestise produk 2. Harga beli secara umum 3. Nilai jual kembali 4. Standar kualitas



5. Nilai ekonomis


Keputusan Pembelian: 1. Pengaruh orang lain 2. Keinginan dan kemampuan
Skala likert

Perilaku Pasca Pembelian
Skala likert


1. Penilaian terhadap kualitas 2. Nilai jangka panjang 3. Rekomendasi kepada orang lain



4. Nama baik produsen




















BAB III
METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa USU yang mengikuti Program Doktor, Program Magister, Pendidikan Profesi, Program Sarjana, Program Ekstensi, dan Program Diploma dan juga seluruh staf administrasi maupun dosen USU yang terdaftar dan aktif mengikuti perkuliahan serta bekerja periode tahun akademik 2007/2008 yaitu sebanyak 34.862 orang . Sehingga diperoleh jumlah sampel yaitu sebanyak 100 responden.

Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan daftar pertanyaan (questionaire) dan dengan menggunakan studi dokumentasi.
Sumber: Rangkuti (2002)
Gambar I.5. Konsep Ekuitas Merek yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian

Model Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis statistik regresi linier berganda dengan menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 12. Hipotesis mengungkapkan bahwa kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen terhadap sepeda motor merek Honda. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Y = a + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + e

 
 



Keterangan:
Y = Keputusan pembelian konsumen
a = konstanta
B1, B2, B3, B4 = koefisien regresi
X1 = Kesadaran merek
X2 = Kesan kualitas
X3 = Asosiasi merek
X4 = Loyalitas merek
e = epsilon atau variabel yang tidak diteliti
Dengan tingkat kepercayaan (confidence interval)
95% atau α = 0,05

HASIL PENELITIAN
Semua variabel penelitian telah memenuhi persyaratan yaitu uji validitas dan reliabilitas. Bila korelasi positip dan r tabel sebesar atau sama dengan 0,30 maka butir instrumen tersebut dinyatakan valid atau memiliki validitas konstruk yang baik (Sugiyono: 2004). Menurut Sekaran (2005) yang kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan reliabilitas dengan Cronbach alpha 0,8 atau di atasnya adalah baik.



HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS

Pengujian Hipotesis Secara Serempak

Hasil uji-F berdasarkan Tabel I.6 diperoleh nilai Fhitung sebesar 27,75 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Nilai Ftabel dicari pada tabel F dengan df1 = 4 dan df2 = 95 sehingga diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,53 dengan hasil tersebut dimana Fhitung > Ftabel dan nilai signifikan yang lebih kecil dari pada alpha 5% maka kesimpulan yang dapat diambil adalah signifikan secara statistik. Hipotesis Ha diterima karena Fhitung > Ftabel (27,75 > 2,53) dan signifikan F < alpha 5% (0,000 < 0,05) yang berarti bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas yaitu kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek terhadap variable terikat yaitu keputusan pembelian. Kemampuan variabel kesadaran merek (X1), kesan yang dirasakan (X2), asosiasi merek (X3), dan loyalitas merek (X4) menjelaskan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda (Y) ditunjukkan pada Tabel I.7.
Nilai R Square (R2) adalah sebesar 0,620 atau sama dengan 62%. R Square disebut juga sebagai koefisien determinasi.  Nilai tersebut berarti bahwa sebesar 62% keputusan pembelian yang terjadi dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek. Sisanya yaitu sebesar 38% dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya, dan model dinyatakan layak.
Untuk menguji pengaruh faktor-faktor ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek secara parsial terhadap keputusan pembelian konsumen terhadap sepeda motor merek Honda di lingkungan USU digunakan uji statistik t (uji t). Apabila nilai thitung > nilai ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya apabila nilai thitung < nilai ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat dilihat pada Tabel 1.8.

Berdasarkan hasil regresi linier berganda yang diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 12, maka diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 17.475 + 0,079 X1 + 0,828 X2 + 0,734 X3 + 1,328 X4

Dari Tabel I.8 diperoleh nilai thitung dari setiap variabel independen di dalam penelitian ini. Nilai thitung dari setiap variabel independen akan dibandingkan dengan nilai ttabel dengan menggunakan tingkat kepercayaan (confidence interval) 95% atau α = 0,05 maka diperoleh nilai ttabel 1,960.

Tabel I.6. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Serempak

Model

Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
1909.628
4
477.407
27.750
.000(a)

Residual
1634.372
95
17.204



Total
3544.000
99




a Predictors: (Constant), X1,X2,X3,X4
b Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: Hasil Penelitian, 2008 (Data diolah)

Tabel I.7. Nilai Koefisien Determinansi (R2)

Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.788(a)
.620
.600
1.94905

a Predictors: (Constant), Kesadaran Merek, Kesan Kualitas, Asosiasi Merek, Loyalitas Merek
b Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: Hasil Penelitian, 2008 (Data diolah)

Tabel I.8. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial




Standardized


Model

Unstandardized Coefficients
Coefficients
T
Sig.


B
Std. Error
Beta
B
Std. Error
1
(Constant)
17.475
4.156

4.205
.008

Kesadaran Merek
.079
.284
.022
.277
.782

Kesan Kualitas Asosiasi Merek
.828 .734
.245 .319
.301 .174
3.373 2.301
.001 .024

Loyalitas Merek
1.328
.291
.418
4.564
.000

a Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: Hasil Penelitian, 2008 (Data diolah)
Sumber :
  1. Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008: 48 – 58
  2. Aaker (1997)
  3. Hasil Penelitian, 2008 (Data diolah)
  4. Rangkuti (2002)
  5.  http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2176584-pengertian-definisi-operasional/#ixzz1db4eQeGN
  6. www.wartaekonomi.com, 2007
  7. www.google.com